lists of such comprising things onto how he would get him back, 𝗵𝗼𝘄 𝗵𝗲 𝘄𝗼𝘂𝗹𝗱 𝗴𝗲𝘁 𝘁𝗵𝗲 𝗯𝗼𝘆; an advanced telling of how that he’s ready to take better lane and lead him the path through the vision of this 𝗻𝗲𝘄 𝗿𝗼𝗺𝗮𝗻𝘁𝗶𝗰𝘀.
Deras hujan mulai jatuhkan tiap butirnya di atas tanah kota Jakarta yang tiap malam makin padat atas hiruk pikuk tiap penghuni yang tiada henti tekan klakson yang berada tepat di atas setir mobil, entah dirinya yang beruntung atau apa tapi ia bisa halau seluruhnya lebih cepat dengan salip tiap-tiap mobil khalayak yang masih belum bergerak sedari tadi.
Semua itu ia berikan kehormatan kepada motornya yang dengan apik bisa masuk lewat cela yang bisa dihinggap hingga akhirnya ia sampai ke penghujung padatnya kemacetan sore ini. Hujan yang tak berhenti hujam dirinya pun tak ia pedulikan, intensinya hanya satu kini dengan mengapa ia sebegitu nekatnya hadang deras hari ini; he wants to get him back.
Basah. Kini seluruh kaus putihnya dan juga celana jeans birunya habis termakan oleh raupan hujan, begitu juga dengan surai kelam hitamnya yang tak terbentuk lagi kini karena ia terlalu terburu untuk pergi hingga lupa untuk pakaikan dirinya sendiri helm hitam kesayangannya. Tapi peduli setan dengan penampilannya dengan sigap ia bawa tangannya untuk pencet tombol bel rumah dengan seri nomor 05 itu, tubuhnya tak mau diam; terlalu ber antisipasi akan apa yang akan terjadi, sekalipun hasilnya akan buat parasnya jadi pasi.
Derikan pintu terdengar, matanya membulat parasnya menolak untuk bersikap biasa saja; begitu juga dengan pria di depannya yang bagai lihat sosok tak kasat mata. Tiap sekon terhabiskan sedangkan tiap kata yang sudah ia siapkan dan susun dengan apik sejak minggu kemarin hanya jadi angan-angan kini, melebur di antara hamparan angin yang sedang berdesir buat seluruh tubuhnya menggigil.
Lidahnya yang kelu dan juga kerongkongannya yang kering ia paksa untuk bersuara namun belum sampai ke kalimat pertama dentuman pintu terhantam dengan kencang, buat ia kini sendirian bagaikan idiot yang lancang tekan bel rumah orang asing yang bahkan tak ia kenal. Helaan nafas terdengar dan hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang karena tak ada juga tanda-tanda si pria ber zodiak Scorpio akan buka pintu dengan material kayu mahogani itu.
Ia bahwa seluruh tubuh lemasnya ke atas kasur setelah bersihkan seluruh tubuhnya dari debu dan juga air hujan yang menempel di badannya sepanjang perjalan. Misi tak terselesaikan, kini Jongseong terpuruk pasrah hanya bisa pandang bingkai dirinya dengan si yang paling muda berdiri di antara satu sama lain sambil tersenyum megah dan sesuai dengan prediksi, wajahnya berubah jadi putih pasi.
Enam bulan dan keinginan untuk buatnya kembali bagaikan wacana belaka kini; jika saja Jongseong tak bagaikan orang bodoh dan hanya diam membeku di setiap kesempatan ia berpapasan dengan Jake mungkin kini ia bisa kecup seluruh parasnya selama ia mau. Bayangan dirinya yang sedang kecup Jake hanya buatnya makin frustasi sampai ia acak seluruh surainya dengan gusar.
Jongseong bawa dirinya ambil buku bekas dan juga pulpen, dengan sigap ia mulai gores tinta hitam ke arah kertas putih yang penuh coretan kini. Dahinya mengkerut dengan keras ia berpikir tajam tuliskan bait per bait dan baca ulang kembali kalimat dengan seksama sampai ia akhirnya selesai di paragraf terakhir. Senyum congkak terlihat di parasnya kini dengan secarik kertas yang penuh akan daftar yang ia tulis tadi di tangannya lalu ia tempelkan di dinding kamar sebagai pengingat untuknya.
How You Get The Boy
Step 1: Tell him that you want him for the worse or better.
Step 2: Tell him that you would wait forever and ever.
Step 3: Tell him that you’ll put back his heart together.
Step 4: You’ll get the boy.
that’ll work, pikirnya sambil tepat terfokus dengan kertas yang sudah tertempel di dinding kamarnya.
Sebut dirinya terlalu yakin bahwa tiap daftar yang ia tulis dengan seksama itu akan berhasil dan tidak ada satupun yang akan ia coret dengan tinta merah nantinya, namun ia tak akan berjalan mundur lagi kini; akan Jongseong kerahkan segalanya yang ia punya untuk tautkan kembali konstelasi bintang yang sempat terputus.
—
“You really think that’ll work?” ucap Sunghoon sembari seruput vanilla latte nya dengan hikmat sedangkan si empu yang di singgung jitak pelan punggungnya hingga perih kini dirasa oleh si Sagitarius “-asshole.”
Gelak tawa terdengar di sampingnya, Sunoo yang sedari tadi menjadi saksi mata pertengkaran yang layaknya kucing dan anjing antara mereka berdua sudah kelelahan keluarkan tawanya yang mungkin seluruh penghuni cafe dekat kampus mereka siang ini bisa dengar karena suaranya yang menggema di lantai kedua.
“Jangan ketawa” balas keduanya bersamaan dengan raut muka serius yang hanya makin buat sesak saluran pernafasannya.
“Dasar anak kecil, kenapa harus sambil berantem coba?” ucapnya lagi jengkel sambil jewer kedua rungu temannya yang urutan umurnya bahkan lebih tua satu tahun darinya “-kalian tuh, stop being childish. Lu juga seong, terima dikit lah kritik Sunghoon walaupun kadang dia asbun, bisa aja dia bener.”
“This plan is great and all, tapi lu yakin Jake will take bait from this? he’s a smart ass dude, don’t play with him. Lagian lu bego juga sih ngapain coba dateng ke party itu padahal ujung-ujungnya dijebak buat ciuman sama Jio. He’s still traumatized by the way. Jake serem banget.” ocehan Sunoo yang tiada henti hanya bagaikan angin lalu di kuping keduanya, si Cancer yang tahu jelas keduanya tidak mendengarkan apapun makin kencangkan tenaga di antara jemarinya buat kedua sejoli itu makin meraung kesakitan.
Setelahnya ia lepaskan genggaman erat di telinga keduanya dan mulai seruput matcha lattenya, peduli setan dengan Sunghoon dan Jongseong yang kini ribut keluarkan paras jengkel sedangkan yang sedang di omeli hanya beri senyum jumawa.
“Gua gak minta di jewer sama lu.” Sunghoon mulai berbicara sembari mengelus pelan kupingnya yang kini terlihat jelas merahnya.
“Like i care if u suffer, yaudah do u really want to do this?” tanyanya berbalik ke arah si Taurus berusaha yakinkan pikiran Jongseong yang masih ragu (kalau ia tidak ragu tidak mungkin juga ia akan dtaang kepada temannya hanya untuk meminta saran) sedangkan si empu yang ditanya mengangguk yakin. “-well then do it well, don’t embarassed yourself nanti gua juga yang malu ketemu jake lagi.”
“Yep, don’t ruin the bond i have build with jake too, mind you gua udah di tahap mancing bareng sama dia.” sambung Sunghoon selagi mencoret beberapa gambar di atas buku catatannya.
“As if, bye now i have class.” Jongseong berdiri dari kursinya selagi bawa segelas lemon tea dan juga tas selempangnya, tak lupa juga ia lambaikan tangannya ucapkan lagi salam tinggal sebelum keluar dari area cafe.
i can do this, pikirnya.
—
Step 1: Tell him that you want him for the worse or better.
Bumantara begitu pula dengan mentari pagi mulai mencari cela dari jendela yang sedikit terbuka di kamar miliknya, buatnya terganggu akan lelapnya. Bersamaan dengan alarm bising yang keluar dari ponsel miliknya buat lelahnya buyar total, wajah bantalnya jadi segara setelah berdiam selama beberapa menit tatap langit-langit kamarnya tanpa jiwa.
Ia bangkit bersihkan dirinya dari tiap debu yang mungkin merayap dari kasurnya kemarin malam, kebetulan juga kelasnya dengan Jake kali ini bertepatan pada jam yang sama, mungkin bisa saja ini kesempatan emasnya; first step is the best step.
Setelah ia yakin bahwa rambutnya sudah tertata dengan klimis ia bawa dirinya ke arah dapur ambil sepotong sandwich yang sudah dibuatkan oleh bibi kamar asramanya. Hanya butuh waktu 15 menit untuknya bisa sampai ke dalam kelasnya dengan tenang, ia taruh tasnya di atas meja dan lanjutkan santapan sandwichnya yang masih tersisa.
Derikan suara pintu yang terbuka buatnya dengan reflek alihkan atensinya dari ponsel genggam yang memperlihatkan laman akun instagram nya, namun figur familiar dengan set baju denim on denim yang terlihat pas seperti melekat erat dengan tubuhnya berhasil buatnya termangu bagaikan si idiot yang baru saja mengetahui eksistensi manusia di muka bumi ini.
Jake yang merasa diperhatikan hanya beri senyum canggung, tentu saja kejadian memalukan di hari minggu yang teduh itu belum terselesaikan Jongseong bahkan tidak berkata apapun secara langsung maupun lewat pesan teks walaupun mereka sering ber pas-pasan di dalam koridor maupun kantin fakultas yang tuju, tetap saja sekali pecundang tetap pecundang; si Taurus terlalu mati kutu jika harus berhadapan dengan Jake walaupun sudah lewat 1 tahun keduanya saling jalani romansa.
Menit ke menit tiap mahasiswa mulai hadirkan presensinya, tiap menit pula Jongseong makin kaku untuk hadapi si Scorpio yang berada tepat didepan kursi yang ia sedang tempati. Jemarinya hendak menggapai pundak nya namun bel mulai berdering dan Jake terlalu terburu untuk kejar mata kuliah selanjutnya; tinggalkan Jongseong sendirian lagi sesali aksinya yang terlalu banyak ragu.
Sialnya lagi setelah ia sampai di area parkir fakultasnya ia baru sadar bahwa ia hanya miliki satu kelas hari ini sedangkan misinya untuk berbincang dengan Jake tentang hubungan keduanya yang entah apa panggilannya sampai kini.
Tapi keputusannya juga sudah bulat, Jongseong dengan sigap pakaikan helm hitamnya dan menuju ke rumah milik Jake yang sebelumnya sudah pernah ia kunjungi, entah ini ide buruk lainnya atau bukan tapi tetap saja ia akan lakukan segalanya, sudah ia bilang ia akan kerahkan segalanya.
Langit yang tadinya penuh dengan terik siang yang menyengat kini berubah menjadi semilir angin dan juga skeneri jingga indah, entah sudah berapa lama Jongseong terpaku di atas jok motornya namun sudah dipastikan kini hanya tersisa 5 batang didalam bungkus rokoknya dan juga ponselnya yang sebentar lagi akan mati total karena daya baterainya yang rendah.
Cemas dan ragu mulai meraup seluruh dirinya kini, cemas karena presensi si Scorpio yang tak kunjung muncul dan juga ragu tentang apakah ia haru melanjutkan misinya ini atau tidak walaupun satu langkah saja belum ia laksanakan.
“Kamu ngapain?” suara serak yang biasa ia dengar tiap harinya mulai menginvansi di kedua rungunya, Jongseong yang tadi masih terfokus dengan keraguannya terperanjat saat ihat paras Jake yang kebingungan.
Ia bawa dirinya berdiri, buat figur tinggi keduanya menjadi sama dengan Jake yang masih menunggu penjelasannya. Canggung. Itu yang ia rasakan saat ini hingga aksi selanjutnya hanyalah menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal.
“Kamu ngapain, Jongseong.” kali ini suaranya lebih serius dan begitu juga dengan air mukanya dan kedua netra coklat tuanya yang makin menggelap.
“Maaf, aku cuma mau ngomong sama kamu-” ucapnya kaku saat si yang lebih muda masih tidak bergerak se inci pun dari posisinya berdiri, melihat Jake yang semakin pasif ia memutuskan untuk rangkai seluruh perasaanya di kepala, ia bungkam dirinya karena versi dirinya yang spontan justru lebih buruk dari apapun.
Ia menelan ludahnya berusaha untuk tidak terlihat seperti anak kecil yang baru saja mengerti alphabet “-maaf, aku tau i was being a jerk back then aku gak tau kalau semuanya bakal kayak gitu, every single inch of that kiss didn’t mean anything to me. And until this time i still want you back, Jake. I want you for the worst or better. — ”
Jongseong berhenti sejenak mengulur waktu untuk sekedar mengambil nafas setelah berbicara panjang lebar “ — i love you-.. unconditionally, Jake.” selesai. Si Taurus sudah selesai. sedangkan si empu hanya diam bagaikan patung tak berjiwa, Jongseong yang harapkan segala reaksi mulai kecewa merasa bahwa kata-katanya ada yang salah.
Nafasnya berhenti ketika ia mulai dengar Jake hembuskan nafasnya, alihkan parasnya setelah terlalu lama terfokus dengan Jongseong tadi.
“Go back home, Seong.” ucapnya selagi ia buka pintu rumahnya, dentuman pintu kayu mahogani itu terlempar didepannya lagi. Bagaikan ditampar seluruh tubuhnya langsung merasa lemas, bahkan ia tidak yakin bisa lanjutkan perjalannya kembali ke asrama dengan energinya yang sudah terkuras habis.
Langkah pertama gagal total.
—
Step 2: Tell him that you would wait forever and ever.
“You’re like a zombie, now stop that.” Sunghoon berucap saat ia baru saja datang di tempat biasa mereka bertiga saling bercengkrama.
“Iya kan? i feel bad for him.” Sunoo menyambung berusaha bersikap empatik walaupun rasanya ia mau tertawa tergelak melihat raut muka Jongseong yang pucat pasi bagaikan belum konsumsi bahan pangan selama ia lahir di dunia.
“Shut up you both-” erangannya putus asa sambil ranumnya mengerucut penuh kesal saat si Cancer cubit pipinya seolah-olah ia sedang bercanda dengan seluruh kesedihannya kali ini “-i don’t know where i do wrong, sumpah i feel so stressed.”
Sunghoon yang bingung untuk bereaksi bagaimana hanya menatap Sunoo penuh mohon untuk beri solusi bijak lainnya yang seperti selalu ia lakukan tiap harinya setiap Sunghoon maupun Jongseong mengacau dan tidak bisa menemukan solusi atas kesalahannya sendiri.
“um, okay dia beneran gak respon apapun kemarin?” tanya Sunoo untuk mendapatkan penjelasan lebih jelas lagi sedangkan jika disampaikan secara hiperbola ia sudah melakukan lebih dari 100 gelengan kepala kepadanya.
“Maybe he’s confused, atau emang udah males aja sama lu i don’t-”
“-awh, that’s hurt” pukulan tersampir ke arah lengannya yang diberikan oleh Sunghoon yang menatap ke arahnya dengan tajam setelah lihat Jongseong yang makin dalam tenggelamkan seluruh kepala di kedua lengannya yang tersila di atas meja.
“Just do the step 2 alright? lanjutin what you’ve started, i think he will change his mind kalo ngeliat lu segini niatnya to get him back”
Sebuah lampu imajinasi di atas kepalanya terihat, dengan spontan Jongseong bawa dirinya keluar tanpa pedulikan teriakan kedua temannya dari dalam cafe tersebut.
it’s him or no one else, pikirnya dengan matang.
Disana, taman biasa para mahasiswa berkumpul entah untuk memakan kotak bekal yang dibawa dari rumah maupun berbincang sambil mengerjakan tugas. Tapi saat itu yang tertangkap di matanya hanyalah Jake yang seorang diri berkutat dengan laptopnya dan juga segelas latte disampingnya tanpa sadar bahwa kini Jongseong sudah berjalan mendekat.
“Jake-” skakmat. Perutnya dengan cekatan Jake tinju tanpa ampun sedangkan si Taurus hanya bisa mengerang kesakitan sesaat si empu bantu angkat dirinya.
“SORRY, i didn’t know it was you” ucapnya khawatir karena Jongseong masih keluarkan erangan kesakitan, menjadikan meja kayu jadi tumpuan kepalanya untuk menahan sakit di abdomen bawahnya.
“A-all good..-” balasnya terbata selagi ia perlihatkan parasnya tatap langsung Jake yang masih diguliti rasa bersalah “i just want to tell you, again, maaf kalau kamu jadi kurang nyaman sama aku, i hope you forgive me and want to organize this mess with me kita mulai dari awal lagi but whatever your answer is i will always wait for you forever and ever”
Jongseong berlari dari tempat tersebut bagaikan kilat, terlalu malu untuk hadapi si Scorpio untuk hari ini karena selain ucapannnya yang cheesy sialnya lagi abdomennya yang sampai sekarang masih nyeri dihantam habis tanpa ampun oleh Jake, seharusnya ia tahu bahwa refleknya itu bukan main-main. Dan demi tuhan ia tak berani untuk tampakkan lagi mukanya di khalayak publik dan juga Jake setelah ini.
Sedangkan, Jake yang masih terduduk diam lihat Jongseong kaburkan diri tanpa berani lihat kembali ke arahnya hanya bisa keluarkan senyum simpul akan tingkah konyol si Taurus siang ini.
—
Step 3: Tell him that you’ll put back his heart together.
Lelah, itu yang Jongseong rasakan saat ini. Sudah dua hari ia luncurkan misinya dan sudah dua langkah pula yang tercoret dengan tinta merah persis dengan tebakannya, temannya mungkin akan tertawa terbahak saat dengar ceritanya tentang Jake hari selasa siang kemarin namun untungnya kelas hari ini dibatalkan sedangkan dua teman lainnya punya kelas pagi jadi ia bisa keluar dari neraka tawaan dengan selamat.
Sekarang ia tidak tahu ingin berbuat apalagi, ia sudah bangun dari pukul 8 namun hingga pukul 12 ini ia masih setia berbaling bergelut dengan selimut putih nya. Ponselnya juga sedari tadi ia biarkan bertengger nyala tanpa ia pedulikan karena ia hanya sibuk melihat ke atas langi-langit kamarnya dengan pikiran kosong.
Ia usap kasar wajahnya, berusaha untuk pergi entah kemanapun itu setidaknya ia harus menghirup udara luar sebentar saja dan juga untuk melupakan sementara malu yang masih gerayangi tubuhnya hingga sampai saat ini.
Kincring bel dari pintu masuk kaca cafe yang biasa ia kunjungi menggema keseluruh ruangan, sunyi adalah nuansa dan juga kata yang tepat untuk menjelaskan situasi didalam space biasa para muda-mudi berkumpul mungkin alasan kuatnya karena hari ini tiap kelas masih terlaksana dan belum waktunya jam makan siang, jadi dengan lesuh ia dudukkan dirinya tepat di sudut paling pojok berpikir bahwa hanya dirinya yang hadir disini.
Merasa sudah terlalu lama ia duduk tanpa memesan apapun, Jongseong bawa dirinya ke arah konter pemesanan, dengan minuman yang biasa ia pesan lemon tea hanya karena si Taurus yang tak bisa konsumsi kafein seperti teman-temannya yang lain, toh ia juga tidak terlalu suka pahit yang menyengat di indra pengecapnya jadi segelas teh lemon dingin untuk teriknya jakarta tidak buruk juga.
Namun entah ini bisa disebut malapetaka atau bukan tapi justru kini seseorang sudah tempati meja miliknya yang tepat dengan nomor 09, raut mukanya berubah menjadi kesal; memangnya sialan ini siapa bisa asal duduki tempatnya? jelas jelas barangnya bertengger di atas kursi besi dengan cat hitam dengan tasnya yang mempunyai warna senyentrik biru elektrik tidak mungkin pria ini sebuta itu.
Ia letakkan kasar nampan dan juga lemon tea miliknya sebagai aksi untuk perlihatkan agresi agar orang yang dituju tersebut terintimidasi, tapi saat pria “kurang ajar” itu berbalik yang hanya buatnya mati kutu kini.
“Hi, seong?” sapanya ragu, seakan bertanya-tanya mengapa si Taurus datang secara blak-blakan bak penjahat yang tindas warga yang lemah.
“Itu tempat gua.” balasnya on point tanpa perlu basa-basi entah darimana datangnya itu, atau mungkin saja ini lah saatnya ia perlihatkan bagaimana respon spontan miliknya bekerja.
“Oh-” Jake melihat ke sekitarnya berusaha mengambil beberapa barangnya yang sudah ia biarkan berserakan keseluruh sudut meja yang ber material semen itu “-maaf gua kira temen gua, soalnya tasnya sama”
Sesaat si Scorpio hendak beranjak dari tempat duduknya dengan sigap ia cengkram pelan lengannya berusaha tahan dirinya lebih lama “masih lama kan?”
“Hah?
“Temen kamu-” kini dirinya mulai terbata, nyalinya yang mengebu tadi tiba-tiba saja lenyap kini ia kembali menjadi Jongseong si pecundang “masih lama kan? duduk dulu aja.” lanjutnya.
Termangut si yang paling muda kembali lagi ke kursinya, kini berhadapan dengan Jongseong yang mulai sibukan dirinya seruput sedikit demi sedikit minuman miliknya yang bahkan sudah setengah hbis kini karena terlalu banyak untaian canggung yang terlihat jelas diantara keduanya.
“Aku-” Jake mulai pandang si Taurus berusaha telaah perkataan selanjutnya yang akan ia tuangkan pada konversinya kali ini “-kamu udah mikirin belum?”
Bungkam, bahkan entah reaksi pantas apa untuk membalas pertanyaan tersebut justru Jake masih bimbang dengan segalanya jadi untuk balasannya ia hanya pandang dalam netra tajam bak elang milik si Taurus itu, tanpa lepaskan tautan antara matanya sedikit pun karena tak ingin merusak momentumnya.
Ponselnya berdering buat seluruh tautan kontak mata intens tadi jadi buyar sepenuhnya, semburat merah di antara pipi kedua pihak juga terlihat jelas bagaikan buah delima kini merahnya. Dengan cekatan ia berusaha matikan nada deringnya, memilih untuk tidak mengangkat panggilan dari temannya hanya untuk biarkan Jongseong lanjutkan pembicaraannya walaupun pertanyaannya saja belum ia balas sama sekali.
“Tapi aku serius kok pas aku bilang aku mau kamu balik, mark my words aku gak mau becanda soal ini juga, makasih kalau kamu mau kasih aku kesempatan lagi-” ia sanggul tas selempang nyentrik miliknya itu di bahu dan beranjak dari kursinya “-aku pergi dulu” ucapnya dan juga entah keberanian yang muncul secara tiba-tiba ia usak pelan surai coklat tua milik Jake dan pergi tinggalkan si yang paling muda bagikan kepiting yang direbus; ia dibuat merah padam seluruhnya.
—
Step 4: You’ll get the boy.
Lambat laun dirinya pun makin kehilangan motivasi yang dari awal ia bangun sejak kejadian dentuman pintu yang bagikan tampar dirinya langsung di seluruh wajahnya. Entah karena sudah ada tiga coretan namun justru alasan itu lah mengapa ia hanya berdiam diri tanpa ada niatan untuk ikut dalam konversi yang temannya sedang bicarakan sekarang.
Bahkan untuk bergerak saja terlalu menguras tenaga baginya, Sunoo dan Sunghoon yang sedang asik memilih antara warna jaket mana yang bagus untuk diberikan kepada Heeseung, kakak tingkat Sunghoon yang sudah ia taksir sejak acara pentas seni di adakan.
Untuk sejenak perbicangan keduanya terinterupsi, Jongseong yang mendengarkan sekitarnya mulai sunyi langsung terperanjat ketika lihat kedua temannya sudah digantikan oleh presensi Jake yang kini tersenyum didepannya sambil menawarkan thai tea kantin fakultasnya.
“Halo kamu.” ucapnya sambil terkikih geli entah karena apa tapi Jongseong balas tertawa ringan balik sembari mengambil sebotol gelas thai tea yang disodorkan tadi.
Sunyi terdengar saat kedua insan yang duduk diantara meja dan kursi kantin yang bejejer terurut, hanya mereka berdua yang berada disini karena beberapa mahasiswa sudah pulang lebih dulu, memilih untuk pulang lebih cepat daripada berdiam diri di kantin fakultas setelah seharian di hujami tumpukan tugas yang tak berujung.
“Disini sepi ya? kita jadi bisa ciuman” belum sempat ia merespon ranumnya langsung disentuh oleh perasaan familiar, ah disitu hangatnya mulai terasa rindunya yang tertahan selama enam bulan ini langsung terbebas dari isolasi hati. Ia balas tautannya dengan lembut tekan kepala si empu buat ciuman keduanya makin dalam tiap sekon.
Senyumannya merekah di tengah sesi saling hidupkan kembali rasa romansa dengan tautan yang bahkan ia segan untuk akhiri semuanya, peduli setan dengan pasokan oksigennya yang habis yang ia butuh hanyalah untuk bisa hidup dalam momen ini selamanya, bahkan ia harap waktu bisa berhenti sejenak biarkan keduanya rasakan kembali hangat yang sempat mati karena ulah bodohnya yang gegabah.
Tautannya terlepas dan tawa pun menggelegar dengan kencang merasa konyol dengan ciuman spontan tersebut keduanya hanya saling pandang begitu juga dengan senyum yang tak jua memudar dari parasnya yang terlalu bersemangat dengan semua yang terjadi sore ini. Jongseong masih setia tumpu pinggangnya menggunakan kedua tangan yang ditautkan untuk tambah kekuatan agar tidak terjatuh dari pangkuannya; dan proteksi lebih jika saja Jake akan jauh dari jangkauannya.
“did i get you back?” tanyanya penuh harap kendati baru saja ia dapatkan kecupan dalam oleh si Scorpio
“you get me back, Jongseong.”
Semuanya hanya tentang desperasi yang menggelora bagaikan tumbuhan yang berteriak meminta untuk diberi sinar lebih; metaforanya sudah jelas kini, Jake adalah sinarnya, dan saat ini ia dapatkan kembali segalanya. ia dapatkan kembali sinarnya.
— yours truly, b.